Kesehatan Hewan untuk Kesejahteraan Manusia

Menjamin kesehatan hewan berarti menjamin kesehatan manusia secara tidak langsung, karena manusia dan hewan adalah dua makhluk yang tak pernah terpisahkan dan saling membutuhkan sejak dahulu kala, kini maupun esok.

Search in This Blog

Jumat, 11 Mei 2012

Tumor Kelenjar Mammae pada Anjing (Canine Mammary Tumor)

Penyebab tumor mammae belum diketahui pada semua spesies kecuali pada mencit, dimana oncornavirus adalah kausatif pada strain hasil inbreeding. Hormon berperan penting dalam proses hiperplasia dan neoplasia jaringan mammae, namun belum diketahui mekanisme pastinya. Reseptor estrogen atau progesteron (atau keduanya) dilaporkan berada pada sel tumor mamme pada hewan; hal ini dapat mempengaruhi patogenesis neoplasia mammae yang diinduksi tumor seperti respon terhadap terapi hormonal.

Hingga hari ini, penelitian mengenai gen suppressor tumor dan onkogen belum begitu membantu pada tataran klinis. Dari sudut pandang praktis, semua tumor mammae seharusnya dianggap sebagai kemungkinan malignan terlepas dari ukuran dan jumlah kelenjar yang terlibat. Persebaran karsinoma mammae baik pada anjing maupun kucing utamanya adalah pada nodus limfatikus regional dan paru-paru. Pada anjing, 5-10% karsinoma mammae dapat menyebabkan metastasis skeletal, terutama pada tulang aksialis, tapi juga bisa terjadi pada tulang panjang.

Tumor Mammae pada Anjing

Lebih dari 50% tumor mammae pada anjing adalah tumor campuran benigna, hanya sedikit yang merupakan tumor campuran malignan. Pada tumor malignan, komponen epitthelial atau mesenkhimal, atau kombinasinya, dapat menghasilkan metastasis. Secara histologis, tumor kelenjar mammae anjing diklasifikasikan oleh World Health Organization sebagai karsinoma (dengan 6 tipe dan subtipe tambahan), sarkoma (4 tipe), karsinosarkoma (tumor mammae campuran), atau adenoma benigna. Skema klasifikasi ini didasarkan pada tingkat perluasan tumor, keterlibatan nodus limfatikus, dan adanya lesi metastasis (TNM system); termasuk juga tumor yang tidak terklasifikasi dan displasia benigna yang nyata.

Penyebab dan Faktor Resiko

Tumor mammae lebih umum pada anjing betina baik itu yang tidak disteril atau yang disteril setelah umur 2 tahun. Resiko seekor anjing untuk mengalami tumor adalah 0.5% jika disteril sebelum estrus pertama (kurang lebih umur 6 bulan), 8% setelah estrus pertama, dan 26% setelah estrus kedua. Sterilisasi tidak memberikan efek protektif untuk melawan perkembangan tumor mammae setelah umur 2 tahun.

Kejadian dan Prevalensi

Lebih dari seperempat anjing betina yang tidak disteril akan mengalami tumor mammae selama masa hidupnya. Resiko ini jauh lebih rendah untuk anjing betina yang disteril. Pada anjing betina, 50% tumor mammae adalah benigna dan 50% adalah maligna. Namun, sedikit tumor mammae maligna yang bersifat fatal.

Metode Diagnosis

Tumor mammae biasanya diindikasi saat terdeteksi massa selama pemeriksaan fisik. Lama waktu dimana massa sudah berada di situ biasanya tidak diketahui, namun tingkat pertumbuhan bisa saja berguna dalam menentukan prognosis. Palpasi nodus limfatikus regional dapat membantu menentukan persebaran. Radiografi thorak, utamanya 3 pandangan (satu ventral-dorsal dan 2 lateral), harus dilakukan untuk mendeteksi metastasis pulmonum. Aspirasi dengan jarum kecil dapat membedakan antara keradangan dan lesi neoplastik namun dapat menyebabkan kesimpulan yang salah dan menunda pembedahan. Diagnosis ditentukan dengan histopatologi dan diagnosis ini penting dalam menentukan penanganan dan prognosis.

Penanganan dan Prognosis

Tumor mammae ditangani dengan pembedahan, meskipun tidak ada konsensus bahwa bedah ada prosedur yang terbaik. Pengambilan tumor saja (lumpectomy), mastectomy sederhana (pengambilan kelenjar yang terinfeksi saja), modified radical mastectomy (pengambilan kelenjar yang terinfeksi dan kelenjar yang membagi saluran limfatik dan nodus limfatikus yang terkait), dan radical mastectomy (pengambilan seluruh rantai mammae dan nodus limfatikus terkait), semua memiliki keunggulan. Pada anjing, lebih banyak prosedur yang terlibat belum memperlama waktu hidup jika dibandingkan dengan yang lain, dan keuntungan prosedur yang lebih sederhana sudah jelas.

Teorinya, penggunaan obat antikanker untuk membunuh penyakit mikrometastatik (kemoterapi adjuvan) merupakan pertimbangan yang beralasan. Namun, kemoterapi belum terbukti sebagai pengobatan yang efektif untuk tumor mammae pada anjing. Kesulitan untuk mengevaluasi respon terhadap kemoterapi adjuvan berhubungan dengan fakta bahwa hanya sekitar separo tumor mammae anjing yang didiagnosis sebagai malignan pada pemeriksaan histopatologi benar-benar menunjukkan perilaku seperti tersebut.

Prognosisnya didasarkan pada banyak faktor. Kebanyakan tumor mammae pada anjing yang menyebabkan kematian demikian juga dalam waktu 1 tahun. Sarkoma berhubungan dengan waktu hidup yang lebih pendek daripada karsinoma. Faktor lain, termasuk ukuran tumor, keterlibatan nodus limfatikus, dan differensiasi inti, juga mempengaruhi prognosis.

Sumber :
American College of Veterinary Surgeons. http://www.acvs.org
The Merck Veterinary Manual. http://www.merckvetmanual.com

Sumber Gambar :
http://pio.uad.ac.id/wp-content/uploads/2011/09/macam-kanker.jpg 

Jumat, 20 Januari 2012

Keracunan Nitrit pada Sapi

Sumber Nitrat-Nitrit

Nitrat-nitrit yang menyebabkan keracunan pada ternak berasal dari tanaman atau hijauan pakan serta air minum yang tercemar nitrat. Pemberian pupuk amonium nitrat dan kalium nitrat pada tanaman yang memiliki sifat sebagai akumulator nitrat, akan meningkatkan kandungan nitrat dalam tanaman tersebut. Kedua jenis pupuk N tersebut mempunyai efek akumulasi nitrat yang lebih besar dibandingkan dengan pupuk amonium sulfat atau urea (Cassel dan Barao 2000).

Nitrat dalam Tanaman
Kandungan nitrat yang tinggi pada tanaman disebabkan oleh akumulasi nitrat dalam jaringan pertumbuhan tanaman, kecuali dalam buah atau biji. Akumulasi nitrat pada bagian batang lebih tinggi daripada dalam daun. Kandungan nitrat dalam batang lebih tinggi dibandingkan pada bagian daun (Stoltenow dan Lardy 1998). Pada bagian batang, kandungan nitrat paling tinggi terdapat pada sepertiga batang bagian bawah. Hal ini karena posisinya lebih dekat dengan permukaan tanah sehingga akan lebih banyak mengabsorbsi nitrat. Pada musim kemarau, nitrat banyak yang tidak terlarut atau tidak terbuang karena tidak ada hujan. Akibatnya, nitrat banyak yang diserap tanaman.

Nitrat dalam Tanah
Nitrat dalam tanah diperlukan tanaman untuk pertumbuhan. Lebih dari 90% N diserap tanaman dalam bentuk nitrat (Brown et al. 2004). Sumber N adalah pupuk, baik pupuk organik maupun anorganik (pupuk kimia). Nitrogen dalam kedua jenis pupuk tersebut umumnya dalam bentuk nitrogen amonium (NH4+), yang kemudian dengan cepat diubah menjadi nitrat dalam tanah.

 


Nitrat-Nitrit dalam Air
Pembuangan limbah kandang ke dalam tanah secara terus-menerus tanpa melalui saluran khusus, akan meningkatkan kandungan nitrat dalam tanah serta mencemari sumber air di sekitarnya. Apabila kandungan bakteri pengikat N dalam tanah tinggi maka kandungan nitrat akan makin meningkat pula (Stoltenow dan Lardy 1998; Cassel dan Barao 2000).

Keracunan Nitrat dan Nitrit pada Ternak
Keracunan nitrat pada ternak (terutama ruminansia) disebabkan oleh reaksi reduksi nitrat menjadi nitrit oleh bakteri rumen. Sehingga, pembentukan nitrit tidak terjadi pada hewan nonruminansia, kecuali pada pemberian nitrit.

Konsentrasi nitrat yang tinggi pada hijauan pakan tidak selalu menyebabkan keracunan pada ternak, tergantung pada kandungan nutrisi pada pakan yang diberikan. Pakan campuran dengan rasio karbohidrat yang tinggi akan menghambat pembentukan nitrit sehingga mencegah keracunan pada ternak. Oleh karena itu, pencampuran berbagai jenis hijauan yang mengandung nitrat tinggi dan rendah akan menurunkan konsentrasi nitrat dalam pakan campuran tersebut.

Gejala Klinis
Pengamatan gejala klinis merupakan salah satu tahap awal dalam diagnosis keracunan, di samping pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis keracunan nitrat berkaitan dengan kekurangan oksigen dalam darah (hypoxia), karena darah tidak mampu berperan sebagai pembawa oksigen. Warna darah berubah dari merah normal menjadi kecoklatan (gelap), yang merupakan ciri spesifik keracunan nitrat-nitrit (Jones, 1993). Gejala keracunan nitrat akut akan terlihat dalam waktu 30 menit sampai 4 jam setelah ternak mengkonsumsi hijauan
yang mengandung nitrat pada level toksiknya.

Gejala hypoxia pada ternak bunting akan menyebabkan keguguran karena fetus kekurangan oksigen. Biasanya terjadi 10−14 hari setelah gejala keracunan muncul. Stoltenow dan Lardy (1998) menyatakan, gejala awal keracunan nitrat di antaranya adalah selaput lendir berwarna kebiruan sampai kecoklatan, susah bernafas, denyut nadi cepat (150+/menit, salivasi, kembung, kejang dan tidak bisa berdiri, lemah, koma dan akhirnya mati. Berdasarkan perubahan warna darah, keracunan nitrat mirip dengan keracunan sodium klorat dan CO2, sedangkan keracunan sianida mirip dengan keracunan CO.

Diagnosis
Untuk memperoleh hasil diagnosis keracunan nitrat secara cepat dan tepat, pertama kali harus dilakukan pengamatan terhadap pakan hijauan yang dikonsumsi ternak, antara lain keadaan pertumbuhan tanaman, perlakuan pemupukan, umur tanaman, serta proporsi bagian batang dan daun. Selanjutnya dilakukan pengamatan gejala klinis, terutama perubahan warna darah, serta pengamatan postmortem findings pada ternak yang mati. Untuk memperoleh hasil diagnosis yang tepat dilakukan pengujian di laboratorium, baik terhadap darah maupun pakan hijauan. Metode untuk menganalisis nitrat di antaranya adalah dengan menggunakan pereaksi diphenilamine (DPA) dan Gries (kualitatif) (Bartik dan Piskac 1981; Bhikane dan Singh 1990), serta Nitrat Kit (semikuantitatif).

Analisis nitrit dalam darah (serum) dapat dilakukan dengan menggunakan khromatografi cair kinerja tinggi (Osterloh dan Goldfield 1984). Untuk mengukur MetHb dalam darah dapat dilakukan dengan metode Hegesh et al. (1970), yaitu dengan menggunakan spektrofotometer.