Kesehatan Hewan untuk Kesejahteraan Manusia

Menjamin kesehatan hewan berarti menjamin kesehatan manusia secara tidak langsung, karena manusia dan hewan adalah dua makhluk yang tak pernah terpisahkan dan saling membutuhkan sejak dahulu kala, kini maupun esok.

Search in This Blog

Jumat, 20 Januari 2012

Keracunan Nitrit pada Sapi

Sumber Nitrat-Nitrit

Nitrat-nitrit yang menyebabkan keracunan pada ternak berasal dari tanaman atau hijauan pakan serta air minum yang tercemar nitrat. Pemberian pupuk amonium nitrat dan kalium nitrat pada tanaman yang memiliki sifat sebagai akumulator nitrat, akan meningkatkan kandungan nitrat dalam tanaman tersebut. Kedua jenis pupuk N tersebut mempunyai efek akumulasi nitrat yang lebih besar dibandingkan dengan pupuk amonium sulfat atau urea (Cassel dan Barao 2000).

Nitrat dalam Tanaman
Kandungan nitrat yang tinggi pada tanaman disebabkan oleh akumulasi nitrat dalam jaringan pertumbuhan tanaman, kecuali dalam buah atau biji. Akumulasi nitrat pada bagian batang lebih tinggi daripada dalam daun. Kandungan nitrat dalam batang lebih tinggi dibandingkan pada bagian daun (Stoltenow dan Lardy 1998). Pada bagian batang, kandungan nitrat paling tinggi terdapat pada sepertiga batang bagian bawah. Hal ini karena posisinya lebih dekat dengan permukaan tanah sehingga akan lebih banyak mengabsorbsi nitrat. Pada musim kemarau, nitrat banyak yang tidak terlarut atau tidak terbuang karena tidak ada hujan. Akibatnya, nitrat banyak yang diserap tanaman.

Nitrat dalam Tanah
Nitrat dalam tanah diperlukan tanaman untuk pertumbuhan. Lebih dari 90% N diserap tanaman dalam bentuk nitrat (Brown et al. 2004). Sumber N adalah pupuk, baik pupuk organik maupun anorganik (pupuk kimia). Nitrogen dalam kedua jenis pupuk tersebut umumnya dalam bentuk nitrogen amonium (NH4+), yang kemudian dengan cepat diubah menjadi nitrat dalam tanah.

 


Nitrat-Nitrit dalam Air
Pembuangan limbah kandang ke dalam tanah secara terus-menerus tanpa melalui saluran khusus, akan meningkatkan kandungan nitrat dalam tanah serta mencemari sumber air di sekitarnya. Apabila kandungan bakteri pengikat N dalam tanah tinggi maka kandungan nitrat akan makin meningkat pula (Stoltenow dan Lardy 1998; Cassel dan Barao 2000).

Keracunan Nitrat dan Nitrit pada Ternak
Keracunan nitrat pada ternak (terutama ruminansia) disebabkan oleh reaksi reduksi nitrat menjadi nitrit oleh bakteri rumen. Sehingga, pembentukan nitrit tidak terjadi pada hewan nonruminansia, kecuali pada pemberian nitrit.

Konsentrasi nitrat yang tinggi pada hijauan pakan tidak selalu menyebabkan keracunan pada ternak, tergantung pada kandungan nutrisi pada pakan yang diberikan. Pakan campuran dengan rasio karbohidrat yang tinggi akan menghambat pembentukan nitrit sehingga mencegah keracunan pada ternak. Oleh karena itu, pencampuran berbagai jenis hijauan yang mengandung nitrat tinggi dan rendah akan menurunkan konsentrasi nitrat dalam pakan campuran tersebut.

Gejala Klinis
Pengamatan gejala klinis merupakan salah satu tahap awal dalam diagnosis keracunan, di samping pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis keracunan nitrat berkaitan dengan kekurangan oksigen dalam darah (hypoxia), karena darah tidak mampu berperan sebagai pembawa oksigen. Warna darah berubah dari merah normal menjadi kecoklatan (gelap), yang merupakan ciri spesifik keracunan nitrat-nitrit (Jones, 1993). Gejala keracunan nitrat akut akan terlihat dalam waktu 30 menit sampai 4 jam setelah ternak mengkonsumsi hijauan
yang mengandung nitrat pada level toksiknya.

Gejala hypoxia pada ternak bunting akan menyebabkan keguguran karena fetus kekurangan oksigen. Biasanya terjadi 10−14 hari setelah gejala keracunan muncul. Stoltenow dan Lardy (1998) menyatakan, gejala awal keracunan nitrat di antaranya adalah selaput lendir berwarna kebiruan sampai kecoklatan, susah bernafas, denyut nadi cepat (150+/menit, salivasi, kembung, kejang dan tidak bisa berdiri, lemah, koma dan akhirnya mati. Berdasarkan perubahan warna darah, keracunan nitrat mirip dengan keracunan sodium klorat dan CO2, sedangkan keracunan sianida mirip dengan keracunan CO.

Diagnosis
Untuk memperoleh hasil diagnosis keracunan nitrat secara cepat dan tepat, pertama kali harus dilakukan pengamatan terhadap pakan hijauan yang dikonsumsi ternak, antara lain keadaan pertumbuhan tanaman, perlakuan pemupukan, umur tanaman, serta proporsi bagian batang dan daun. Selanjutnya dilakukan pengamatan gejala klinis, terutama perubahan warna darah, serta pengamatan postmortem findings pada ternak yang mati. Untuk memperoleh hasil diagnosis yang tepat dilakukan pengujian di laboratorium, baik terhadap darah maupun pakan hijauan. Metode untuk menganalisis nitrat di antaranya adalah dengan menggunakan pereaksi diphenilamine (DPA) dan Gries (kualitatif) (Bartik dan Piskac 1981; Bhikane dan Singh 1990), serta Nitrat Kit (semikuantitatif).

Analisis nitrit dalam darah (serum) dapat dilakukan dengan menggunakan khromatografi cair kinerja tinggi (Osterloh dan Goldfield 1984). Untuk mengukur MetHb dalam darah dapat dilakukan dengan metode Hegesh et al. (1970), yaitu dengan menggunakan spektrofotometer.